Tuesday, February 14, 2012

Sistem Pendidikan Nasional : Sebuah Pengertian Filosofis.

Sehubungan dengan persoalan yang dibahas dalam tulisan ini mengenai prinsip-prinsip yang bersifat filosofis tentang sistem pendidikan nasional. Maka, patut dijelaskan pengertian sistem pendidikan nasional secara filosofis untuk mengungkap formulasi bahasan tulisan ini, sehingga bahasan terfokus pada persoalan yang mendasar dan patut dibahas.
Penjelasan pertama yakni mengenai sistem, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Jusuf Amir Faesal mengungkapkan sistem adalah suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu keseluruhan. Jadi, sederhananya sistem adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling bertautan dan berhubungan yang memuat suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang saling bertautan.
Penjelasan kedua yakni mengenai filsafat, menurut Imam Barnadib filsafat diartikan ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Namun, menurut Junjun S. Suriasumantri filsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Ringkasnya, menurutnya filsafat adalah segala sesuatu yang mungkin dapat dipikirkan.
Disamping itu, secara umum Jusuf Amir Faesal mengungkap bahwa sistem pendidikan nasional yakni suatu usaha keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Atau ringkasnya, sistem pendidikan nasional adalah satu pranata dari sejumlah pranata yang berada dalam sistem pendidikan nasional.
Dari berbagai pengertian diatas, kesimpulan sederhana mengenai sistem pendidikan nasional secara filosofis adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang saling bertautan dan berhubungan dalam sistem pendidikan nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum. Jika tinjauannya filosofis maka tentu akan berhubungan dengan metode filsafat seperti konteks epistimologi, ontologi dan aksiologi.
Keterkaitan sistem dengan filosofis dalam hal pendidikan nasional sangat penting, maka filosofi sistem pendidikan nasional dipelajari secara menyeluruh, satu kesatuan yang utuh, guna memperoleh pandangan mengenai problem-problem utama dan lapangan penyelidikannya yang saling berhubungan dengan mekanisme pendidikan secara umum.
Namun, karena mekanisme pendidikan bersifat pengalaman dan aksi-lapangan yang berproses. Karenanya, dalam konsepsi sistem pendidikan nasional juga bersifat filosofis dalam satu kesatuannya. Dan juga karena filsafat merupakan produk berpikir, maka filsafat senantiasa mengalami perubahan. Karenanya, proses filosofi berangkat dari ontologi dan epistimologi. Sementara itu, proses pendidikan bersifat kegiatan dan juga sebagai ilmu, maka penulis menguak persoalan sistem pendidikan nasional sebagai ilmu melalui pendekatan keilmuan dengan menggunakan metode ontologi, yakni mengungkap prinsip-prinsip filosofis sistem.
Disamping itu, fenomena pendidikan nasional mengajak kita juga berbicara mengenai sistem pendidikan nasional dalam kerangka filsafat pendidikan spekulatif. Kerangka ini dibutuhkan mengingat problematika pendidikan nasional kita yang lahir dari ‘rahim sejarah’ yang unik. Spekulatif dibutuhkan untuk mempertegas bahwa ‘tak ada satu pun di dunia ini yang mustahil’, ‘sulit bukan berarti tidak mungkin’, atau ‘no mission imposible’ dan seterusnya.
Arahan spekulatif itu adalah berkisar pada terumusnya tujuan pendidikan Islami dalam kerangka pendidikan nasional. Dan menawarkan prinsip-prinsip filosofis ke dalam sistem pendidikan nasional secara umum. Adapun prinsip-prinsip filosofis yang patut menjadi perhatian dalam sistem pendidikan nasional yang islami adalah Prinsip Keseimbangan Tujuan-hidup(Filosofis Sistem Pendidikan Nasional), Prinsip Integralitas-ilmu, Prinsip Kurikulum Sintesis, Prinsip Metode Sintesis-Kreatif, Prinsip Alat Bantu-inovatif, Prinsip Evaluasi-Proyektif, dan Prinsip Open-Management.

No comments: